Senin, 24 September 2012
Sumber - Sumber Ajaran Islam
Sumber-sumber ajaran Islam diantaranya Al-Qur'an, As-Sunnah (Hadis), dan Ijtihad. Al-Qur'an menempati sumber pertama dan utama, lalu yang kedua as-Sunnah (Hadis) bila suatu hal tidak ditemukan di dalam Al-Qur'an. Kemudian ijtihad para ulama (marja' taklid) menempati posisi ketiga bila suatu masalah tidak termaktub di dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah.
Bagaimana bila sumber-sumber ajaran Islam, yang notabene sebagai pedoman hidup bagi umat Islam, banyak terjadi penyelewengan (pernah terjadi di zaman Imam Ja'far Shadiq), diantaranya dapat anda baca artikel di bawah ini :
Penyelewengan Terhadap Hadis, Sirah Nabi SAW dan Tafsir Al-Qur’an
Pertanyaan Forum :
1. Sebagai Mahasiswa Muslim, bagaimana anda menyikapi kejadian beberapa penyelewengan yang pernah terjadi seperti yang disebutkan pada artikel tersebut (jawaban minimal 3 poin)
2. Kalau memang terjadi banyak penyelewengan seperti itu, lalu kepada siapa saja kita mesti belajar dan merujuk tentang sumber-sumber ajaran Islam yang murni dari penyelewengan tangan-tangan manusia jahil (sebutkan dan jelaskan, nilai plus bila ada sumber referensi)
Imam Ja’far Shadiq, salah seorang ulama keturunan Rasul SAW, menjelaskan bahwa pemerintahan diktator adalah tidak sah. Beliau melarang umat Islam berkonsultasi kepada para penguasa. Karena merekalah yang menciptakan sengketa yang berkepanjangan.
Proses Kodifikasi al-Hadits
Proses kodifikasi hadits atau tadwiin al-Hadits yang dimaksudkan adalah proses pembukuan hadits secara resmi yang dilakukan atas instruksi khalifah, dalam hal ini adalah Khalifah Umar bin Abd al-Aziz (memerintah tahun 99 – 101 H). Beliau merasakan adanya kebutuhan yang sangat mendesak untuk memelihara perbendaraan sunnah. Untuk itulah beliau mengeluarkan surat perintah ke seluruh wilayah kekuasaannya agar setiap orang yang hafal Hadits menuliskan dan membukukannya supaya tidak ada Hadits yang akan hilang pada masa sesudahnya. Abu Na’im menuliskan dalam bukunya Tarikh Isbahan bahwa Khalifah Umar bin Abd al-Aziz mengirimkan pesan “perhatikan hadits Nabi dan Kumpulkan”.
Dari sini jelaslah bahwa Tadwin al-Hadits bukanlah semata-mata penulisan al-Hadits. Tadwin al-Hadits atau kodifikasi al-Hadits merupakan kegiatan pengumpulan al-Hadits dan penulisannya secara besar-besaran yang disponsori oleh pemerintah (khalifah) alias ada campur tangan penguasa !! Proses kodifikasi al-Hadits adalah proses pembukuan al-Hadits secara resmi yang dikoordinasi oleh pemerintah dalam hal ini adalah Khalifah.. Jelas ini tidak akan independen !!!!!
Berterima kasih adalah sebuah keharusan menurut akal. Akal menghukumi jika kita diberi sesuatu oleh seseorang maka kita dianjurkan untuk berterima kasih. Nah, dalam pembahasan kali ini kami mencoba memberikan pemaparan tentang peranan Imam Ja’far Shadiq dalam menegakkan ajaran Rasulullah saww. Lantas, apa yang telah dilakukan Imam Ja’far untuk kita hingga kita harus berterima kasih? Sebelum menjawab pertanyaan ini alangkah baiknya jika kita sedikit menelisik keadaan masyarakat pada masa itu, sehingga kita bisa lebih mengerti sikap yang diambil Imam yang mulia ini, Imam Ja’far bin Muhammad As-Shadiq.
Kondisi Pemikiran (ideologi) Masyarakat Pada Masa Imam Ja’far Shadiq
Jika dilihat, keadaan masyarakat pada masa itu sudah sangat menyimpang dari ajaran Rasulullah saww. Sebut saja maraknya aliran-aliran yang mulai menciptakan ajaran-ajaran mereka sendiri seperti mu’tazilah, zandaqah, ekstrimisme dll yang membuat perbedaan dalam Islam semakin mencolok. Hal ini terjadi lantaran perbuatan para pemimpin bani Umayyah maupun Abbasiyah yang berusaha memisahkan umat Islam dari Ahlulbayt Nabi Saww.
Ya, ditangan penguasa, agama hanya dijadikan alat propaganda demi melanggengkan kekuasaan mereka. Mereka menyewa ulama untuk menyebarkan politik-politik kotor mereka. Hal ini dapat dilihat dalam penyelewengan-penyelewengan berikut ini. Dari penyelewengan tafsir Al-Qur’an hingga sejarah Nabi saww
~. penyelewengan terhadap tafsir Al-Qur’an
Mereka para penguasa bani Umayyah menggunakan kisah-kisah israiliyat (khayalan-khayalan) untuk menafsirkan ayat al-Qur’an. Seperti yang diriwayatkan bahwa Mua’wiyah berkata kepada Ka’ab, “kamu berpendapat bahwa Zulkarnain mengikat kudanya pada bintang-bintang?” Ka’ab menjawab “jika kamu berkata demikian maka sesungguhnya Allah telah berfirman,”dan kami telah memberikan kepadanya sebab (untuk mencapai) segala sesuatu”. Maksudnya ialah Ka’ab meyakini kalau Zulkarnain mengikat kudanya pada bintang-bintang. Sungguh akal akan menolak hal ini. Walaupun apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, akan tetapi ini tidak membuat Allah akan bertindak seenaknya, karena hal itu berarti Allah telah berbuat dzolim terhadap hambaNya. Dan mustahil Allah berbuat dzolim.
~. Penyelewengan terhadap hadits Nabi Saww
Diriwayatkan dalam Shahih Tirmidzi bahwa Nabi Muhammad saww berdo’a untuk Muawiyah bin Abu Sufyan “Ya Allah, jadikanlah ia sebagai orang yang memberi petunjuk dan tempat memberi petunjuk serta berilah petunjuk dengannya”
Lihatlah, dengan mudahnya perkataan suci Nabi saww dibuat-buat seenaknya saja! Pantaskah Nabi saww mendoakan seorang pembunuh washinya? Mendoakan pembunuh cucunya al-Hasan? Pantaskan Nabi saww mendoakan orang yang menancapkan Al-qur’an ke ujung tombak? Tidak! Hadits ini adalah ulah tangan jail bani Umayyah melalui para ulama mereka yang berhati serigala !
~. Penyelewengan terhadap sejarah kehidupan Rasul saww
Nabi menggendong Aisyah di atas pundak beliau untuk melihat permainan akrobatik orang-orang Sudan dan pipi beliau menempel di pipi Aisyah.
Nabi saww mencintai istri anak angkatnya setelah beliau merangsang melihatnya.
Astagfirullah, hanya demi kekuasaan duniawi bani Umayyah rela memutar-balikkan fakta! Pantaskah Nabi yang dipuji oleh Allah Swt karena keluhuran akhlaknya melakukan perbuatan nista tersebut? Sekali lagi, tidak! Hanya setanlah yang merasuk ke tubuh Dinasti Umayyah yang berani mengatakan hal ini!
Dengan adanya penyelewengan-penyelewengan di atas, membuat umat Islam yang telah kehilangan seorang Rasul terbaik semakin terperosok ke dalam jurang kebodohan dan kehancuran. Akibatnya muncullah ajaran-ajaran yang telah keluar dari ajaran Rasul saw seperti :
1. Al-jabr (pemaksaan)
Pandangan ini berpendapat bahwa segala perbuatan manusia adalah perbuatan Allah, manusia tak memiliki ikhtiar, sebut saja boneka yang dipermainkan sesuka hati oleh pemiliknya. Dalil mereka adalah Q.S. Al-Insan ayat 30 dan al-An’am ayat 125 dsb. Pelopor pemikiran ini adalah para penguasa bani Umayyah. Dengan begini, masyarakat akan yakin bahwa yang dilakukan bani Umayyah adalah kehendak Allah. Sehingga masyarakat tidak berhak menentang mereka. Akhirnya masyarakat hanya bisa menerima segala perbuatan jahat bani Umayyah yang mengatasnamakan ‘kehendak Tuhan’.
Betapa licik dinasti Umayyah, menggunakan agama untuk menetapkan kedzaliman. Dan politik ini berjalan lancar, sehingga banyak umat Islam yang menganut ajaran ini pada masa Imam Ja’far Shadiq
2. Zandaqah (ateis)
Pemikiran ini muncul pada masa Imam Ja’far Shadiq as. Akibat dari adanya pandapat Al-jabr, maka muncullah ajaran Zindiq (anti tuhan) sebagai penolakan pandangan Jabr yang mengatasnamakan ‘kehendak Tuhan’. Ajaran ini muncul juga dikarenakan oleh kezaliman dan kebiadaban bani Umayyah dalam segala lini kehidupan. Dan tentu saja hal ini sangat berperan dalam memisahkan masyarakat dari Ahlulbayt Nabi Saww yang merupakan pusaka suci Nabi saww.
Tersebutlah Ja’d bin Dirham, seorang ekstrim kufur, pembuat bid’ah yang mendedikasikan hidupnya dalam zandaqah serta memdengungkan ateis (tidak meyakini adanya Tuhan). Dia menunjukkan kedangkalan akalnya secara demonstratif, seperti memasukkan tanah dan air dalam sebuah botol, kemudian beberapa saat terdapat cacing dalam botol yang semula diisi dengan tanah dan air tersebut. Kemudian dia berkata kepada para sahabatnya “aku telah menciptakannya, karena aku adalah sebab keberadaannya”. Imam Ja’far mendengar berita ini dan membantahnya dengan bukti rasional, beliau berkata “jika dia (Ja’d) yang menciptakannya maka tanyakan kepadanya berapa jumlahnya? Berapa yang jantan dan yang betina? Berapa beratnya masing-masing? Mintalah kepadanya untuk mengubahnya menjadi bentuk yang lain!
Jika melihat uraian diatas, maka dengan sangat jelas kita dapat melihat betapa melencengnya umat Islam dari ajaran Allah yang sebenarnya. Maka, nanti kita akan melihat bagaimana Imam menyelamatkan umat kakeknya ini.
Sumber :
http://syiahali.wordpress.com/2011/07/07/imam-jafar-shadiq-menentang-penyelewengan-terhadap-hadis-sirah-nabi-saw-dan-tafsir-quran-ditengah-kondisi-politik-penguasa-kejam/
Assalamualaikum,
1. Mengenai kejadian beberapa penyelewengan yang pernah terjadi seperti yang disebutkan pada artikel "Penyelewengan Terhadap Hadis, Sirah Nabi SAW dan Tafsir Al-Qur’an", sebagai mahasiswa muslim saya menyikapinya dengan :
1. Lebih selektif terhadap majelis-majelis yang ada, jangan sampai masuk kedalam majelis yang bathil/kelompok sesat
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajaran agama Islam secara berkesinambungan dengan memperbanyak berkumpul dengan orang-orang saleh/para ulama
3. Mencari dan mempelajari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang bersih dan murni sebagai materi pelajaran dan menjauhi kitab-kitab aliran/ kelompok sesat
4. Membela semampu kita dengan memberikan keterangan yang benar sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah yang murni
2. Apabila terjadi banyak penyelewengan seperti itu, lalu kepada siapa saja kita mesti belajar dan merujuk tentang sumber-sumber ajaran Islam yang murni dari penyelewengan tangan-tangan manusia jahil?
jawabannya adalah :
Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah dengan metode salaf,
Salaf adalah generasi pertama dari kalangan sahabat dan tabi'in (dua generasi pasca sahabat) yang berada di atas fitrah (dien/agama) yang selamat dan bersih dengan wahyu Allah. Yang kemudian dijadikan sebagai salah satu aliran dalam agama Islam yang mengajarkan syariat Islam secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan.
Ahlus sunnah wal jama’ah dalam memahami agama ini sangat tepat dan selamat dari berbagai macam penyimpangan.
1. Dalam masalah Tauhid
Mereka, para ulama ahlus sunnah selalu mementingkan tauhid dan menjelaskan bahwa tauhid bermakna “Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah (uluhiyyah),
2. Dalam masalah Asma’ wa Sifat
Mereka, para ulama ash-habul hadits (ahlus sunnah) tidak berani berbicara tentang sifat-sifat Allah kecuali apa yang telah dikatakan oleh Allah dalam al-Qur’an dan apa-apa yang telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadits-hadits yang shahih.
3. Dalam masalah Ibadah
Mereka, para pengikut salafus shalih, tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah (sunnah). Mereka tidak berani merubah-rubah, mengganti, mengurangi atau menambahi dari hasil pemikirannya sendiri.
4. Dalam masalah sunnah
Mereka –sesuai dengan sebutannya ahlus sunnah– senantiasa berpegang dengan sunnah (ajaran nabi) sebagai tafsir dari al-Qur’an, sehingga mereka dapat memahami al-Qur’an dengan tepat.
5. Dalam pemahaman terhadap al-Qur’an dan sunnah
Mereka mengetahui bahwa generasi terbaik umat ini adalah para shahabat nabi. Maka mereka meyakini bahwa para shahabat lebih memahami al-Qur’an dan sunnah.
6. Dalam masalah shahabat nabi
Ahlus sunnah menganggap bahwa para shahabat adalah generasi yang terbaik dan semuanya merupakan rawi-rawi yang adil dan jujur, sehingga mereka menerima riwayat-riwayat haditsnya.
7. Dalam masalah hadits
Para ulama ahlus sunnah tidak sembarangan menerima riwayat suatu hadits, karena sunnah-sunnah Rasulullah dan ucapan-ucapan para shahabat (atsar-atsar) didapat oleh mereka melalui silsilah para rawi yang telah mereka periksa, apakah rawi-rawi tersebut terpercaya (tsiqah), kuat hafalannya (dhabit), sanadnya bersambung (mutashil) ataukah kebalikannya.
8. Dalam masalah jihad
Jihad dengan makna perjuangan dakwah menyampaikan syariat agama Allah dan sunnah-sunnah Rasulullah terus berlangsung setiap saat sepanjang masa.
9. Dalam masalah iman
Para ulama ahlus sunnah sejak zaman salafus shalih sampai hari ini meyakini bahwa iman bisa bertambah dan bisa berkurang bahkan bisa hilang sama sekali. Iman dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemak-siatan.
10. Dalam masalah politik
Mereka para ulama ahlus sunnah tidak mengenal sistem demokrasi dan suara terbanyak karena mereka meyakini dari al-Qur’an dan sunnah bahwa ahlul hak itu sedikit dan kebanyakan manusia adalah orang-orang fasik.
Demikian,
Salam Hangat,
QRT
sumber :
http://blog.re.or.id/sikap-sebagai-umat-islam-terhadap-aliran-dan-pemikiran-sesat-ustadz-menjawab.html
lutviavandi.com/mencegah-kemungkaran-cuma-3-cara.html
www.suaramedia.com/artikel/kumpulan-artikel/33466-kiat-selamatkan-diri-dari-penyimpangan-aqidah-dalam-hidup.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Salaf
Langganan:
Postingan (Atom)